Rabu, 22 April 2009

SUHU POLITIK MEMANAS

Di salah satu sudut Warung Kopi Taman Ombakduren berkumpul para pengamat politik.
Mereka bukan pengamat politik profesional yang sering muncul di TV.
Mereka hanya sekedar mengamati berita-berita politik di TV.
Diantaranya ada mas Barkah, mas Atmo, German Nan Biasa, Mustikamalau dll.
"Sepertinya suhu politik memanas nih " komentar Mustikamalau yang getol nonton TV.
"Enggak juga " sahut mas Atmo.
"Panas ...! Lihat aja semua orang pengen jadi Presiden " Mustikamalau ngotot.
"Kalau semua jadi Presiden terus rakyatnya siapa ?" mas Barkah nimpali.
"Rakyatnya orang miskin yang enggak punya duit " mas Atmo nambahi.
"Orang kaya pada jadi anggota DPR. Yang enggak kepilih masuk Rumah Sakit Jiwa ..." German mulai angkat bicara.
"Betuuul ... ! Sebagian lagi ngamuk-ngamuk terus stres ...!" Mustikamalau enggak mau kalah menghujat.
"Ah ... itu kan cuma sandiwara " mas Atmo tidak sependapat.
"Sok tau loe ... !" teriak yang lain bareng.
Wuuuuuuuuuuusss ... Ndang muncul berbusana Kebaya.
"Ngapain loe pakai kebaya " tanya mas Barkah.
Ngentot loe .. ! Tanggal 21 April kan Hari Kartini
Ndang terbang kembali ke langit....................




POTRET REPUBLIK

Sehabis Pemilu yang hiruk pikuk dan menjengkelkan.
Rakyat Republik Ombak Duren makin pusing.
Hidup sehari-hari yang sudah sulit makin diperkeruh oleh kelakuan para
politisi.
Setiap saat rakyat disuguhi tontonan TV yang bikin jengkel.
Kalau bukan mempertontonkan kelakuan Caleg stres.
Siaran TV mepertontonkan orang bertengkar rebutan suara dan berebut
kekuasaan.
Orang yang menamakan dirinya kaum politisi itu mengatakan bahwa mereka
sedang memperjuangkan nasib rakyat.
Katanya, manuver politik yang mereka lakukan demi kepentingan bangsa dan
negara.
Dalam sebuah Talk Show TV beberapa orang selebritis Ombakduren berdebat.
"*Kita memperjuangkan nasib rakyat kecil* " kata seorang selebritis yang
nyaleg.
"*Anda tau dari mana penderitaan rakyat kecil* ?" tanya sang presenter.
"*Saya banyak melihat orang miskin minta-minta dijalan* *raya* " jawab sang
selebritis.
"*Memahami penderitaan rakyat bukan melihat dijalan raya. Memahi penderitaan
orang kecil adalah sebuah proses empirik* !" kata Mustikamalau yang
bertindak sebagai nara sumber.
"*Maksud anda apa * ?" tanya seorang selebritis yang teteknya nongol sebelah
sambil netekin anjing Chihuahua kesayangannya.
"*Bagaimana anda bisa memperjuangkan suatu penderitaan jika anda tidak
pernah mengalaminya* " Mustikamalu menjelaskan.
"*Ah, itu seh enggak penting* ..!" komentar salah satu selebritis yang
duduknya ngongkong dan celana dalamnya tampak menantang siapa pun yang
melihatnya.
"*Nasib manusia ditentukan oleh Tuhan. Kaya atau miskin, rakyat hidup senang
atau menderita bukan urusan kita* .....!" kata selebritis yang lain.
"*Yaaaa ... itu urusan masing-masing manusia dengan Tuhannya ...*!" tambah
seorang selebritis yang berprofesi sebagai pelawak.
"*Terusss ... Tanggung jawab anda-anda apaaaa ..*.. ?" Mustikamalau mulai
kesal.
"*Kita seh cuma nyaleg aja. Tau-tau jadi anggota DPR. Lain-lain bukan urusan
kita* ...!" jawab selebritis yang lain.
"*Jika tidak terpilih, bagaimana * ?" Mustikamalau mengejar dengan
pertanyaan lain.
"*Emang guwa pikirin .*.... !" jawab para selebritis serempak.
"*Bagus ... ! Ternyata anda-anda jujur* " pikiran Mustikamalau mulai stres.
"*Kita memang mengutamakan kejujuran dan ketidakpedulian ..*. " kata para
selebritis serentak dengan gamblangnya.
"*Ah yang beneeee*r ..? *Oke tuh* ... !" Mustikamalau garuk-garuk kepala.

Mas Barkah dan mas Atmo yang sedang nonton TV terheran-heran.
"*Mustikamalau kok bisa jadi pengamat politik *?" mas Atmo ragu-ragu dengan
kemampuan Mustikamalau menganalisa situasi poliitik yang berkembang.
"*Dia itu kandidat Doktor Ilmu Politik di Fakultas Politik Ombak Duren* "
mas Barkah menjelaskan.
*Ooooo ... pantes, sama-sama stres.*

Mustikabiru
The House of Blue Light
www.ombakdurenew.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar