Selasa, 31 Maret 2009

HOREHOREHO


HOREHOREHO.....

Akhirnya Tuntas deh mixing yang heboh itu...Master pun sudah diserahkan kepada Om Dud, Tinggal kita menanti langkah selanjutnya yang akan dijalankan pihak Om Dud...

Wilboth sudah bisa tersenyum, Thanks Untuk Kohar, Nuhun juga untuk Deny, Yudhis yang tidak kapok kita grecokin, dan mereka secara terus menerus membantu proses per mixingan ini, mulai dari data yang tertinggal, membuang yang nyangkut...

Juga untuk Donny irawan, Dharma, Goem2, O'bun, Rike Barnie, Yanni Sastranegara, Dida Hendrawan, Diddi AGP, Adik2 KABIZA, Romzy Alketeri, Ira kusuma saputra, Enison sinaro, Fahmi Alatas dan semua teman yang tak bisa kami sebutkan satu persatu.... yang telah memberikan dukungan moril dan saran2nya....

Tinggal sekarang bagaimana caranya membuat suasana intern kembali ceria...kembali Horehoreho

Mimpi 30 tahun itu mulai bergeliat, perlahan merangkak dan beranjak berdiri untuk menghampiri kenyataan...Semoga...

Hantu Laut

Senin, 30 Maret 2009

House of the rising sun

PAMERAN SENI RUPA "10 PERUPA PEREMPUAN"




Memperingati Hari Perempuan Sedunia (Women’s International Day) 8 Maret serta Hari Kartini 21 April, Komunitas Salihara menyelenggarakan beberapa acara seputar perempuan. Diawali dengan pementasan teater-tari Gathik Glindhing (Benturan dan Gelindingan) oleh Kelompok Sahita di bulan Maret 2009, rangkaian acara bertema Enam Pekan Perempuan ini akan dilanjutkan di bulan April 2009, dengan pameran seni rupa 10 Perupa Perempuan sebagai acara pertama.

Pameran dirancang atas sebuah pengamatan beberapa tahun belakangan, di mana karya-karya perupa perempuan mengalami dinamika luar biasa, dan menjadi perhatian penting media massa yang belum terjadi pada masa sebelumnya. Acara atau forum ini mencoba menggambarkan sedikit banyak realitas tersebut.

Pameran menampilkan lukisan, patung, obyek, dan instalasi, karya-karya sepuluh perupa perempuan; Ay Tjoe Christine, Ayu Arista Murti, Arahmaiani, Astari, Dolorosa Sinaga, Yani Mariani, Mella Jaarsma, Tere, Wara Anindyah dan Titarubi, yang kurang lebih dalam kurun satu dekade ini karya-karyanya banyak diperbincangkan. Bersama pameran ini kami juga mengundang sejumlah penulis perempuan berlatar jurnalis, novelis, aktivis, esais, kurator, untuk menulis dari pelbagai sudut mengenai karya-karya yang dipamerkan.

Kunjungan Presiden Van D'Bo, 1987


Photo kenang kenangan ketika Presiden Wilboth dari negri Van d'Bo mengadakan kunjungan silaturahmi ke Indonesia dalam rangka perjanjian Bilateral antara Republik Indonesia dan Negri Van D'Bo, Perjanjian antara dua kepala negara itu dikenal sebagai perjanjian tanpa henti...yang menghasilkan kerjasama penyelenggaraan dan pembuatan sebuah Pakta ALBUM BIRU IRAMA OMBAK DUREN, secara konsekwen dan tanpa pamrih.

Sigit Hardadi notes

Kertas Menguning Kecoklatan





Kutandai tanpa pedoman
Lembar buku berisi diagram perjalanan
Otak terlalu banyak improvisasi
Jiwa tanpa semboyan hakiki

Halaman demi halaman terekam
Terlalu banyak berkejahatan
Terlalu sedikit berkebaikan
Namun kertas-kertas itu hanya bisa bungkam

Pada halaman kesekian
Kertas menguning kecoklatan
Ada tercatat seseorang ingin bunuh diri secara spartan
Tapi tidak mempunyai kekuatan

Di halaman selanjutnya
Siapa yang telah menuliskan ini
Kucari dengan teliti
Tidak kutemukan jawaban

Di Kertas menguning kecoklatan
Kubuka ulang lipatan-lipatan hari
Memo tua tanpa ciri
Tertegun dua senti dari lemari
Buku ini ternyata sempat berlari
Dari yang punya kemari
Entah kapan terjatuh di sini



2009, Sigit Hardadi

Minggu, 29 Maret 2009

HFN FFTV IKJ, 2009


Menjelang usia FFTV IKJ yang ke 38 dan bersamaan dengan hari film nasional yang ke-59, Ikatan Alumni FFTV IKJ mengadakan acara Re(in)trospeksi, sejauh manakah peranan
Alumni FFTV IKJ dalam perjalanan perfilman Indonesia. Selain itu, dalam acara ini juga Ikatan Alumni FFTV IKJ merasa perlu untuk melakukan tiga hal penting yakni menghargai masa lalu, berperan di masa kini, dan mempersiapkan masa depan. Ketiga hal penting ini di representasikan dalam bentuk penghargaan untuk pendidik yang berdedikasi, mahasiswa yang berprestasi, dan komunitas Film yang berapresiasi.






Batu Celup

Awas Tiruan!!!

Sabtu, 28 Maret 2009

Manggung bersama Goem Goem

Acara ulang taon Rike Barnie (LASSO COUNTRY) di BOBER CAFE Bandung 27 Maret, Gw dateng bersama Goemgoem...dan didaulat naek panggung, Goemgoem memainkan Dobro dan Gw menyanyikan Country Road, Bank of OHIO, JAMBALAYA... manggung lagi setelah sekian taon...bersama Pow dan teman teman....asoy biar cuma sebentar ....anyway, Rike, Goemgoem dan Obun menyatakan hasil mixing IROMDU ok....

Tragedi Situ Gintung

Tragedi ini terjadi sekitar jam 02.00 Kamis (27/03) dini hari di lokasi yang terkenal sebagai tempat berwisata itu.
Bendungan Situ Gintung
Bendungan terbuat dari tanah
Dibuat awal tahun 1900 an oleh pemerintah kolonial Belanda
Mengelilingi danau buatan
Diperkirakan meluapkan air sebesar dua juta kubik meter
Luapan air berkekuatan besar yang dipenuhi dengan sampah menerjang perumahan, menghanyutkan mobil dan menumbangkan tiang telpon. Korban Jiwa diperkirakan lebih dari 100 orang...







Kepatuhan

Akhir-akhir ini hati mas Barkah semakin gundah. Ilmu Gaib maupun ilmu Katon sudah banyak yang dikuasainya. Tinggal satu yang sulit dipahaminya, keberadaan Tuhan Sang Maha Pelindung. Fenomena Sang Maha Pelindung sungguh tak terjangkau oleh pikirannya. Tetapi mas Barkah cukup mengerti. Bahwa Tuhan adalah pusat kepatuhan dan pengabdian. Karena Tuhan adalah hukum,
hukum yang senantiasa mengatur kehidupan semesta alam ini.
Ketika Situ Gintung menyemburkan airnya dan menyapu apa saja yang didepannya. Rumah mas Barkah pun ikut tergulung air bah. Mas Barkah berdiri di puncak buih air bah dan berteriak sekeras-kerasnya. Apabila langit terbelah,
dan patuh pada Tuhannya,
sudah semestinya langit pun patuh ......
Apabila bumi diratakan,
dan dilemparkan apa yang ada didalamnya dan menjadi kosong,
dan patuh pada Tuhannya,
sudah semestinya bumi pun patuh .......
Hai manusia,
Apakah engkau patuh pada Tuhanmu .... ?
Mas Barkah terus meluncur terbawa derasnya arus air. Dan berteriak sekeras-kerasnya. Aku bersumpah
Dengan teriknya matahari
Dengan cahaya merah diwaktu senja
Dengan malam dan apa yang diselubunginya
Dengan bulan apabila jadi purnama
Dengan hangatnya matahari diwaktu pagi
Aku akan patuh pada Tuhanku ............
.... Serosooooot gedebuuuck .... mas Barkah terlempar ke pintu akhirat. "Ngapain loe kesini .... ? " Ndang menghadang di depan pintu akhirat. Mas Barkah mengucek-ngucek matanya. "Loe enggak mimpi. Tadi itu puisinya Sigit Hardadi ... ?" tanya Ndang. "Bukan, begok ... ! Itu kan ayat suci Al Qur'an .. !" mas Barkah heran kok Ndang bisa dengar. "Kira'in puisinya Sigit yang ditulis di Facebook .." komentar Ndang sambil nyengir kuda. "Makanya belajar baca tulis ... !" kata mas Barkah kesal. "Ngentoot loe ... !" Tuiiiiiiiiiiiing .... Ndang menendang mas Barkah kembali ke bumi
Sersan Mustika Biru

The House of Blue Light

www.ombakdurenew.blogspot.com

Kamis, 26 Maret 2009

3 dewa gitar

Sigit Hardadi's Notes


Kupertimbangkan Untuk Melamun Malam Ini




Telah hanyut dinding mentari
Di balik tembok tetangga orang Korea
Dihalangi Land Rover warna gulita
Kemana lagi mata kuarahkan

Di teras depan diseberang jalan
Banyak orang berkerumun berlogat Hokian
Ada spanduk sudah terpasang lima pekan
Dijual hubungi Cin Lam

Di belakang agak kesamping kiri
Orang Jerman kerap berseloroh dengan anjingnya
Sambil bersiul bertelanjang dada memungut bunga-bunga
Agaknya dia hidup bermonodrama

Telah hanyut dinding mentari
Ke laut dan tertidur sudah 6 jam lalu
Menyaksikan keadaan seperti ini jujur
Kupertimbangkan untuk melamun malam ini




26 Maret, 2009

Peringatan Hari Film Nasional

Hari Pertama - Sabtu 28 Maret 2009 Diskusi & Exibition Multi Media Product

1 10.00 – 12.00 Workshop Red Cam - Rivai Chen (Cinema Hall)
2 12.00 – 13.00 Band Performance
3 13.00 – 15.00 Diskusi Pajak Tenaga Kerja Perfilman & Pertelevisian Indonesia
4 13.00 – 15.00 Pemutaran Film "Generasi Biru" (Cinema Hall)
5 15.00 – 16.00 Sarasehan Kelompok Profesi (Sekenario, Penyutradaraan dan Produksi)
6 16.00 – 17.00 Band Performance
7 16.00 – 18.00 Work Shop Product Camera PMW EX3
8 18.30 – 19.30 Life Musik
9 18.30 – 20.00 Pemutaran Film "Saus Kacang" (Cinema Hall)

Hari Kedua – Minggu 29 Maret 2009 Diskusi & Exhibition Multi Media Product

1 10.00 – 12.00 Sarasehan Kelompok Profesi (Kameraman dan Art Director)
2 12.00 – 13.00 Band Performance
3 13.00 – 15.00 Workshop Teknologi Film (Kodak) Franky & Carita Chandra
Workshop Camera 35mm oleh Arief Pribadi
4 15.00 – 16.00 Work Shop Product Camera P2 PANASONIC
5 16.00 – 17.00 Band Performance
6 17.00 – 18.30 Pemutaran Film Malioboro (Cinema Hall)
7 18.30 - 19.00 Band Performance

Hari Ketiga – 30 Maret 2009 Diskusi & Exibition Multi Media Product

1 12.00 – 13.00 Band Performance
2 13.00 – 14.30 Pemutaran film "3 Doa 3 Cinta"
3 14.30 - 15.30 Work Shop Post Production Sasta Sunu Andy Pulung M. Ikhsan
4 15.30 – 16.30 Sarasehan Kelompok Profesi (Editor dan Penata Suara)
5 16.30 - 17.30 Work Shop Audio Production Hikmawan Santosa Adityawan Susanto
6 17.30 – 19.00 Pemutaran Film "Jagad Kali Code"

SALAM SEHATI SEPROFESI...
Ketua Panitya
Arya Teja Cakrahadisurya

Wakil Ketua Panitya
Leni Lolang

Ketua Umum KFT
Adityawarman

Sek Jend KFT
Agni Aria Tama

FESTIVAL GAMBARHIDUP NUSANTARA


F E S T I V A L F I L M N U S A N T A R A - FGN
saling kenal manusantara untuk cinta lewat keindahan seni gambarhidup


Gambarhidup sebagai kegiatan perekaman gerak ( motion picture ) yang hasilnya sebuah rekaman gambarhidup. Gambarhidup, Gambarhidup ( audiovisual ) bisa memiliki fungsi sebagai media komunikasi, media ekspresi seorang seniamn Gambarhidup ( sineas ), media edukasi dan juga bisa sebagai media hiburan. Perkembangan gambarhidup makin pesat, gambarhidup yang dulu dianggap sebagai kegiatan yang sulit dan mahal kini menjadi kegiatan yang merata di mana-mana baik di kota atau di pelosok-pelosok desa. Hal itu dikarenakan gambarhidup saat ini tidak lagi hanya menggunakan media Gambarhidup ( celluloid ) untuk merekam tapi sudah menggunakan media elektronik, baik yang analog atau yang digital. Teknologi eletronik dan digital jauh lebih memberikan kemudahan dan harganya pun relatif jauh lebih murah jika dibandingkan dengan Gambarhidup.

Gambarhidup yang dibuat di Indonesia jika dinilai nilai budayanya, masih jauh dari yang seharusnya digambarkan. Belum jelasnya wujud identitas ini, karena gambarhidup yang ada masih sangat banyak berisi yang merupakan gambaranhidup yang dipersepsikan secara orang Jakarta.

Ironis. Dikarenakan eksistensi Jakarta sebagai kota metropolitan masih belum jelas bahkan makin bingung. Kebingungan ini adalah nasib buruk yang kurang lebih sama seperti yang dialami kota-kota metropolitan lainnya yang ada di dunia ketiga. Kota raksasa baru yang sedang gencar dipaksa untuk menjalai inisiasi kubistik dan pembetonan di hampir seluruh wilayahnya. Akibat pemerkosaan ini, para penghuninya lalu terpaksa harus segera menjadi ‘lain’. Penderitaan ini mengakibatkan terjadinya kepanikan budaya dan disorientasi sosial, devian behavioue epigonistik, hegemonik dan aroganisme. Maka kemudian, di Jakarta, jatidiri budaya Sumatera, Jawa, Kalimantan, Selawesi, Maluku, Bali, Nusatenggara, Irian, semuanya lenyap seketika bahkan tak menyisakan sehelai nuansanya pun, akibat ditelan mentah-mentah oleh Jakarta yang kemudian dimuntahkan lagi menjadi slum area raksasa yang tidak higienis dengan kultur blasteran Pasar Seng, Tsim Sha Tsui, ÃŽle de la Cité dan Bronx. Gambarhidup produksi Jakarta yang jiwa raganya penyakitan ini, lalu menjelma jadi ‘doktrin’ Gambarhidup Indonesia-semu. Propaganda seperti ini sangat berbahaya karena rentan manipulatif dan juga terus menipiskan kesadaran bangsa akan kekayaan ragam budayanya. Indonesia lalu menjadi semakin miskin secara etik, estetik apalagi logic. Hal ini memang menguntungkan segelintir orang yang tak ambil pusing pada Indonesia mau hancur atau mau jadi apa yang penting mereka dapat duit.

Parah, kritis dan mendesak, itulah kondisi budaya Gambarhidup Indonesia. Karena itu, perjuangan guna mewujudkan Gambarhidup Indonesia -- bukan Gambarhidup Jakarta -- tak boleh lagi ditunda-tunda. Apalagi mudah difahami bahwasannya potensi Gambarhidup Indonesia memiliki prospek luarbiasa. Secara kwantitatif dan kwalitatif Gambarhidup Indonesia sangat dahsyat jika ia telah menjadi jumlah dari sekian dinamika produksi dari berbagai provinsi. Indonesia yang memiliki bermacam ragam budaya dan bahasa bahkan mungkin ribuan ragam dialek, tak mustahil Gambarhidup Indonesia akan menjadi salah satu gambarhidup yang bernilai penting dan diminati dunia yang makin pucat dan seragam. Karena itu adalah sungguh ceroboh dan bodoh jika Indonesia tidak segera bekerja keras dan secara sungguh-sungguh, terencana memulai menyemaikan benihnya, benih Gambarhidup Nusantara.

Dan tak perlu lagi diperdebatkan tentang kenyataan kebenaran, bahwa telah bermunculan komunitas pecinta gambarhidup dengan ketrampilan yang menjanjikan di mana-mana di seluruh nusantara ini, lebih-lebih dengan berdirinya ratusan stasiun televisi lokal, maka ke depan kegairahan itu tentu bisa dibayangkan betapa sangat akan terus semakin menggairahkan dan menantang. Telah tiba saatnya Gambarhidup Nusantara berkumpul, saling berbagi dan membuat gerakan untuk mengembangka diri. Dari dasar keyakinan fikiran itulah, kegiatan Festival Gambarhidup Nusantara ( FGN ) akan diadakan.

Dengan gerak serentak kerja keras dan ketekunan, kedepannya FGN harus menjadi festival Gambarhidup bertaraf internasional . FGN akan menjadi bagian dari festival gambarhidup yang akan mengangkat keberagaman budaya bangsa-bangsa yang ada di seluruh dunia, agar apresiasi penonton Gambarhidup di tanah air tidak lagi hanya bengong terpaku pada satu atau dua jenis Gambarhidup yang tersedia.

FGN rencananya akan diadakan di Bali. Berubahnya pemilihan tempat yang semula dipilih Cirebon menjadi Bali, hal ini semata-mata dikarenakan pertimbangan kekuatan Bali ditinjau dari segi potensi pemasaran secara internasional. FGN bersifat kompetitif, diselenggarakan sekali dalam se tahun. Peserta FGN adalah sineas se nusantara yang memiliki karya Gambarhidup jenis cerita ( fiksi ) dan yang dialog dalam karyanya itu dominan menggunakan bahasa daerah, dialek bahasa daerah, mencerminkan kekentalah ciri budaya daerahnya.

Gambarhidup Terbaik pada FGN adalah Gambarhidup yang memiliki nilai kreatifitas tinggi, yang kandungan karyanya mampu menampilkan kehidupan, romantika, drama kehidupan serta keindahan lokal budaya. Artinya gambarhidup cerita ( fiksi ) yang berhasil menggali ketinggian nilai budaya lokal melalui kreatifitas seni gambarhidup.

Setiap Peserta FGN diperbolehkan menyerahkan karyanya dalam berbagai format material: Celluloid (Gambarhidup); Elektronik ( analog atau digital ) dalam berbagai standar durasi; Gambarhidup Pendek ( short film ) 10 – 40 menit atau Gambarhidup Panjang 60 – 120 menit.

Dewan Juri FGN terdiri dari 3 orang budayawan atau tokoh dari berbagai perguruan tinggi daerah dan 2 orang sineas nasional. Ini adalah konsep komposisi juri yang memiliki tujuan memberikan penekanan pada nilai pada unsur kebudayaan dibandingkan dengan penilaian teknis sinematografis.

FGN diselenggarakan oleh Swasta berbentuk Panitia Tidak Tetap yang diangkat oleh Dewan Pendiri yang keanggotaannya berasal dari Forum Larasan Nusantara. Biaya pelaksanaan penyelenggaraan FGN berasal dari Sponsor, Lembaga Donatur dan Pemerintah.

FGN akan menanggung akomodasi seluruh Delegasi yang diundang pada saat acara puncak Malam Anugerah Gambarhidup Nusantara ( MANGAN ) yang nanti akan diatur kemudian. Delegasi peserta FGN terdiri dari para calon pemenang dari kategori yang dikompetisikan.*

Embie C Noer

Rabu, 25 Maret 2009

MAS BARKAH BETE


Pesawat TV didepan meja kerja mas Barkah sedang menyiarkan debat antar Partai. Debat antar partai sungguh menyebalkan. Mereka gembar-gembor jasa-jasanya pada rakyat kecil seolah-olah benar. "Keakehan ngomong ...!" guman mas Barkah sambil mematikan pesawat TV. Dari tembok terdengar suara serak melantunkan pantun.

Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam si riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat jasad tidak sembahyang .....


Mas Barkah tidak tinggal diam. Pantun pun berbalas pantun.
Kalau Tuan pergi ke Kedah
Singgah semalam di Kuala Muda.
Sembahyang itu perintah Tuhan.
Jika ingkar masuk neraka.

"Ape loe bilang ?" N'dang muncul melintas tembok. "Loe kan udah di Neraka .. ! jangan muncul2 terus dounk... ! " kata mas Barkah. "Ape loe bilang ... ?" suara N'dang semakin serak. "Loe udah di neraka ... !" hardik mas Barkah. "Ngehek loe ... !" N'dang balas menghardik dengan suara serak. "Loe yang ngehek ...!" mas Barkah kesal. "Ngentot loe ..... !" N'dang membalas dengan kata bertuahnya. Cuuuuuuuuuueeeeh ....... muka mas Barkah diludahi N'dang.
Sersan Mustika Biru

The House of Blue Light
www.ombakdurenew.blogspot.com

Pop art in the era of the pixel

Pink Floyd's designer Storm Thorgerson on highlights of his career

By James Alexander
BBC News

It is 70 years since the first album cover. But, now that discs are giving way to digital downloads, what is the future for album art?

For generations of music fans, the album cover has a special place. We all have our favourites (and least favourite) - images stared at and studied in teenage bedrooms the world over.

Dark Side of the Moon, Pink Floyd
Pink Floyd's Dark Side of the Moon album cover is iconic
From Andy Warhol's banana on the front of the first Velvet Underground record to the underwater baby pursuing a dollar bill on the cover of Nirvana's Nevermind, these were pictures that teased and intrigued.

They offered a tantalising glimpse into worlds that seemed glamorous, exciting and strange. But the once vast canvas is shrinking - whereas on glossy LP covers these images enjoyed a full 12 inches of sleeve space, this reduced to five inches with the advent of the CD.

And now, with the shift from discs to downloads, the space allotted to album art is even smaller. On many MP3 players the sleeve appears not much bigger than a postage stamp - so can the album cover survive?

Album cover reform

It was in 1939 that young designer Alexander Steinweiss persuaded Columbia Records that the use of original artwork might attract more buyers.

Previously records came in drab brown cardboard covers with little to mark them out except the name of the artist and the album.

The change was a big hit. Label bosses soon found the extra sales more than made up for the added printing costs.

In the 1960s the Beatles took album art to a new level - Sgt Pepper, with its colourful cast of characters, came in a gatefold cover complete with a psychedelic inner sleeve and even a cardboard moustache to cut out and keep.

In the years that followed, no expense was spared in creating ever more extravagant and experimental designs.

The golden age of the album cover is pretty much over
Simon Warner, lecturer in popular music at Leeds University

The multi-layered artwork for New Order's 12-inch single Blue Monday cost so much to produce Factory Records claimed it actually lost money on every copy sold.

Of course not every sleeve was memorable for the right reasons - some were tacky and cheap, others were simply bizarre. Even a classic like the Beach Boys' Pet Sounds suffers from a cover photo that takes a horribly literal approach to the album's title.

The art of Storm Thorgerson is as famous as the music it accompanies. A childhood friend of the founding members of Pink Floyd, he went on to become their designer-in-chief, fashioning a string of eye-catching creations.

There was the mournful-looking cow on the front of Atom Heart Mother, the burning businessman on the sleeve of Wish You Were Here, the giant pig flying over Battersea Power Station and - most famously of all - the prism spreading a spectrum of colour across The Dark Side Of The Moon.

'Cool graphic'

"It's a nice but simple idea," Thorgerson explains, surrounded by books and sketches in the same North London studio where the design took shape three decades ago.

Pulse, Pink Floyd
Storm Thorgerson created a string of Pink Floyd covers including Pulse

"Refracting light through a prism is a common feature in nature, as in a rainbow. I would like to claim it, but unfortunately it's not mine!"

The idea was sparked by Pink Floyd's keyboard player, the late Richard Wright.

"He said, somewhat provocatively, 'Let's not have one of your photos, we've had your photos before. Can't we have a change? A cool graphic - something smart, tidy, elegant.'"

Thorgerson responded with seven rough suggestions that he pinned to the wall of Abbey Road studios.

The band took just seconds to plump for the prism, an image that seemed to perfectly embody the stark themes that underpin The Dark Side Of The Moon.

Design matters

Although Thorgerson remains best-known for his collaborations with Pink Floyd, his design credits also include albums by Led Zeppelin, Peter Gabriel and Muse.

Now he has collected his favourites into a limited edition box set, alongside signed prints and previously unseen drawings.

He continues to be in demand and says he's untroubled by the shrinking space given to album art.

Peter Gabriel, Peter Gabriel
Thorgerson's design credits also include albums by Peter Gabriel

"I think it's more about the design that matters. So, once that has been uncovered, then you have an image that will hopefully work everywhere and always," he says.

"I don't worry if it's an LP, CD or MP3 - I always see it as very big. Even though it may be very small, it will get used big somewhere - a hoarding or a poster or an advert in a magazine."

And this may be the future where designs are experienced less as album covers and more as billboards, concert images, screensavers, even as framed pieces of art.

"The golden age of the album cover is pretty much over," says Simon Warner, a lecturer in popular music at Leeds University.

"There has been a revival in vinyl sales the last few years driven largely by nostalgia. But, in overall terms, the era of vinyl - the era of the album cover - has gone," he says.

"We live in an age when you can download videos to your computer or iPod. We can still enjoy a wide range of imagery associated with an artist, but that idea of the static 2-D work of art is no longer necessarily the only way to enjoy an artist's essence."

It is doubtful the traditional album sleeve that has excited generations of music lovers will hold the same fascination for fans of the future.

But it seems likely the magical marriage of sound and vision, music and art will continue to colour the songs we hear.

Taken by Storm - album art by Storm Thorgerson is published by Genesis Publications.

Taken from : BBC NEWS ENTERTAINMENT

AMAZING WHITe Board Animation

KABIZA






KABIZA adalah nama baru dari MAHADEWA BAND, Dengan Personil riozee (keyboard),yudhis (guitar),bagas (guitar),tara (drum),audi (bass),mario (vocal)...mereka siap menggebrak INDONESIA....Group Band yang satu markas di PRIMA SYNCHRO Rempoa bersama IRAMA OMBAK DUREN ini, sudah merampungkan sebuah Album yang berjudul TITIK CERAH...GoodLuck Bro... KEEP ON ROCKIN BEYBEH YEAH YEAH....

Selasa, 24 Maret 2009

Strategi Promo ALBUM BIRU yang mantap


Strategi promo IRAMA OMBAK DUREN, adalah memperdengarkan ALBUM BIRU secara langsung kepada masyarakat, semua personil IRAMA OMBAK DUREN akan disebar ke seluruh pelosok Nusantara selama 3 bulan dan melakukan penetrasi langsung di sentra sentra pasar tradisionil, seperti yang dilakukan oleh IVAN di Kereta JABOTABEK, WILBOTH di pasar Genjing, dengan cara ini para pendengar akan tergugah dan langsung membeli CD ALBUM BIRU, cara ini adalah cara baru yang sangat efektif....Barkah dan Pak Produser Dudung juga tak sungkan melakukan Promo ini di daerah WONOSONO....dan Boyke pun melakukannya didaerah kampung Belanda....Sementara Matt dan Dibon kompak membawakan lagu lagu IRAMA OMBAK DUREN dengan mengaransirnya hingga mampu dibawakan secara kedaerahan dengan kecapi secara JAWI, hingga seolah olah dikira lagu daerah... Mas Pitje, melakukan sebuah strategi, diatas Bus Kota, ia berlagak Buta supaya orang orang kesian padanya, dan Mas Pitje terbukti paling laku menjual CD ALBUM BIRU....lain lagi strategi Irwan lubis, Ia memadukan gitar dengan potongan Klarinet, hingga suara yang dihasilkannya sangat unik dan aneh, orang orang pun terkesima dan karena kasian lalu membeli CD yang ditawarkannya....Lain lagi dengan Egi, Dia melakukan tarian aneh, diiringi CD ALBUM BIRU, suatu cara yang jitu karena hampir semua CD laku terjual....
(Photo Boyke dibuat Thiantana Pandji)