Kamis, 26 Maret 2009

FESTIVAL GAMBARHIDUP NUSANTARA


F E S T I V A L F I L M N U S A N T A R A - FGN
saling kenal manusantara untuk cinta lewat keindahan seni gambarhidup


Gambarhidup sebagai kegiatan perekaman gerak ( motion picture ) yang hasilnya sebuah rekaman gambarhidup. Gambarhidup, Gambarhidup ( audiovisual ) bisa memiliki fungsi sebagai media komunikasi, media ekspresi seorang seniamn Gambarhidup ( sineas ), media edukasi dan juga bisa sebagai media hiburan. Perkembangan gambarhidup makin pesat, gambarhidup yang dulu dianggap sebagai kegiatan yang sulit dan mahal kini menjadi kegiatan yang merata di mana-mana baik di kota atau di pelosok-pelosok desa. Hal itu dikarenakan gambarhidup saat ini tidak lagi hanya menggunakan media Gambarhidup ( celluloid ) untuk merekam tapi sudah menggunakan media elektronik, baik yang analog atau yang digital. Teknologi eletronik dan digital jauh lebih memberikan kemudahan dan harganya pun relatif jauh lebih murah jika dibandingkan dengan Gambarhidup.

Gambarhidup yang dibuat di Indonesia jika dinilai nilai budayanya, masih jauh dari yang seharusnya digambarkan. Belum jelasnya wujud identitas ini, karena gambarhidup yang ada masih sangat banyak berisi yang merupakan gambaranhidup yang dipersepsikan secara orang Jakarta.

Ironis. Dikarenakan eksistensi Jakarta sebagai kota metropolitan masih belum jelas bahkan makin bingung. Kebingungan ini adalah nasib buruk yang kurang lebih sama seperti yang dialami kota-kota metropolitan lainnya yang ada di dunia ketiga. Kota raksasa baru yang sedang gencar dipaksa untuk menjalai inisiasi kubistik dan pembetonan di hampir seluruh wilayahnya. Akibat pemerkosaan ini, para penghuninya lalu terpaksa harus segera menjadi ‘lain’. Penderitaan ini mengakibatkan terjadinya kepanikan budaya dan disorientasi sosial, devian behavioue epigonistik, hegemonik dan aroganisme. Maka kemudian, di Jakarta, jatidiri budaya Sumatera, Jawa, Kalimantan, Selawesi, Maluku, Bali, Nusatenggara, Irian, semuanya lenyap seketika bahkan tak menyisakan sehelai nuansanya pun, akibat ditelan mentah-mentah oleh Jakarta yang kemudian dimuntahkan lagi menjadi slum area raksasa yang tidak higienis dengan kultur blasteran Pasar Seng, Tsim Sha Tsui, Île de la Cité dan Bronx. Gambarhidup produksi Jakarta yang jiwa raganya penyakitan ini, lalu menjelma jadi ‘doktrin’ Gambarhidup Indonesia-semu. Propaganda seperti ini sangat berbahaya karena rentan manipulatif dan juga terus menipiskan kesadaran bangsa akan kekayaan ragam budayanya. Indonesia lalu menjadi semakin miskin secara etik, estetik apalagi logic. Hal ini memang menguntungkan segelintir orang yang tak ambil pusing pada Indonesia mau hancur atau mau jadi apa yang penting mereka dapat duit.

Parah, kritis dan mendesak, itulah kondisi budaya Gambarhidup Indonesia. Karena itu, perjuangan guna mewujudkan Gambarhidup Indonesia -- bukan Gambarhidup Jakarta -- tak boleh lagi ditunda-tunda. Apalagi mudah difahami bahwasannya potensi Gambarhidup Indonesia memiliki prospek luarbiasa. Secara kwantitatif dan kwalitatif Gambarhidup Indonesia sangat dahsyat jika ia telah menjadi jumlah dari sekian dinamika produksi dari berbagai provinsi. Indonesia yang memiliki bermacam ragam budaya dan bahasa bahkan mungkin ribuan ragam dialek, tak mustahil Gambarhidup Indonesia akan menjadi salah satu gambarhidup yang bernilai penting dan diminati dunia yang makin pucat dan seragam. Karena itu adalah sungguh ceroboh dan bodoh jika Indonesia tidak segera bekerja keras dan secara sungguh-sungguh, terencana memulai menyemaikan benihnya, benih Gambarhidup Nusantara.

Dan tak perlu lagi diperdebatkan tentang kenyataan kebenaran, bahwa telah bermunculan komunitas pecinta gambarhidup dengan ketrampilan yang menjanjikan di mana-mana di seluruh nusantara ini, lebih-lebih dengan berdirinya ratusan stasiun televisi lokal, maka ke depan kegairahan itu tentu bisa dibayangkan betapa sangat akan terus semakin menggairahkan dan menantang. Telah tiba saatnya Gambarhidup Nusantara berkumpul, saling berbagi dan membuat gerakan untuk mengembangka diri. Dari dasar keyakinan fikiran itulah, kegiatan Festival Gambarhidup Nusantara ( FGN ) akan diadakan.

Dengan gerak serentak kerja keras dan ketekunan, kedepannya FGN harus menjadi festival Gambarhidup bertaraf internasional . FGN akan menjadi bagian dari festival gambarhidup yang akan mengangkat keberagaman budaya bangsa-bangsa yang ada di seluruh dunia, agar apresiasi penonton Gambarhidup di tanah air tidak lagi hanya bengong terpaku pada satu atau dua jenis Gambarhidup yang tersedia.

FGN rencananya akan diadakan di Bali. Berubahnya pemilihan tempat yang semula dipilih Cirebon menjadi Bali, hal ini semata-mata dikarenakan pertimbangan kekuatan Bali ditinjau dari segi potensi pemasaran secara internasional. FGN bersifat kompetitif, diselenggarakan sekali dalam se tahun. Peserta FGN adalah sineas se nusantara yang memiliki karya Gambarhidup jenis cerita ( fiksi ) dan yang dialog dalam karyanya itu dominan menggunakan bahasa daerah, dialek bahasa daerah, mencerminkan kekentalah ciri budaya daerahnya.

Gambarhidup Terbaik pada FGN adalah Gambarhidup yang memiliki nilai kreatifitas tinggi, yang kandungan karyanya mampu menampilkan kehidupan, romantika, drama kehidupan serta keindahan lokal budaya. Artinya gambarhidup cerita ( fiksi ) yang berhasil menggali ketinggian nilai budaya lokal melalui kreatifitas seni gambarhidup.

Setiap Peserta FGN diperbolehkan menyerahkan karyanya dalam berbagai format material: Celluloid (Gambarhidup); Elektronik ( analog atau digital ) dalam berbagai standar durasi; Gambarhidup Pendek ( short film ) 10 – 40 menit atau Gambarhidup Panjang 60 – 120 menit.

Dewan Juri FGN terdiri dari 3 orang budayawan atau tokoh dari berbagai perguruan tinggi daerah dan 2 orang sineas nasional. Ini adalah konsep komposisi juri yang memiliki tujuan memberikan penekanan pada nilai pada unsur kebudayaan dibandingkan dengan penilaian teknis sinematografis.

FGN diselenggarakan oleh Swasta berbentuk Panitia Tidak Tetap yang diangkat oleh Dewan Pendiri yang keanggotaannya berasal dari Forum Larasan Nusantara. Biaya pelaksanaan penyelenggaraan FGN berasal dari Sponsor, Lembaga Donatur dan Pemerintah.

FGN akan menanggung akomodasi seluruh Delegasi yang diundang pada saat acara puncak Malam Anugerah Gambarhidup Nusantara ( MANGAN ) yang nanti akan diatur kemudian. Delegasi peserta FGN terdiri dari para calon pemenang dari kategori yang dikompetisikan.*

Embie C Noer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar