Selasa, 24 Maret 2009

BENDERA BERKIBAR TAK KARUAN

Hari ini sulit sekali mencari celah yang kosong dari bendera partai dan poster caleg. Kita telah dikepung dengan atribut-atribut partai atas nama demokrasi menjelang pemilu. Sumpeg? Tentu saja sumpeg. Mata kita sama sekali tidak diberi kesempatan untuk dapat memanjakan rasa keindahan inderawi ini. Di mana-mana bendera dan poster yang tumpang tindih tidak karuan.

Setiap kali berada di jalan raya (kawasan umum), selalu muncul pertanyaan. Apa yang ada di kepala pemasang-pemasang bendera ini? Kenapa mereka bisa semena-mena mengabaikan kepentingan bersama dengan menggunakan fasilitas-fasilitas umum untuk memperkenalkan diri mereka? Tentunya harapan mereka agar masyarakat memilih mereka sebagai wakilnya di parlemen kan? Wah, kalau begini pasti mereka keliru. Bukannya akan dipilih malah disumpahin akibatnya.

Di samping merusak keindahan bersama, bendera dan poster yang dipasang tak jarang menutupi traffic-light sehingga mengacaukan pandangan pengendara yang memerlukan lampu penunjuk itu. Mereka mengikat bendera-bendera itu di tiang-tiang lampu jalan seenaknya. Tak ada kompromi.

Jalan-jalan utama, jalan-jalan menengah, hingga jalan-jalan di komplek perumahan, semua tidak ada yang dapat menghindar dari serangan bendera dan poster tersebut. Tiang-tiang listrik, pohon-pohon yang sengaja ditanam warga supaya mendapat keasrian alami sudah diserobot untuk kepentingan mereka. Dan yang tidak kalah berkesannya adalah bombasticnya janji-janji dalam slogan-slogan yang ditulis besar-besar pada poster, spanduk, bahkan baliho-baliho buruk itu.

BERJUANG UNTUK RAKYAT, PEDULI DAN PROFESIONAL
TIDAK JANJI, TAPI BUKTI HARUS BISA
SIAP MEMBELA RAKYAT
SIAP MENYEJAHTERAKAN RAKYAT
MEMIMPIN DENGAN HATI NURANI
HARGA MATI UNTUK KORUPTOR
MELAYANI RAKYAT
KITA BERSAMA UNTUK MAJU
dan lain sebagainya.
Sayangnya cita-cita yang luhur itu disampaikan dengan cara-cara vandalisme.

Sebagai orang yang (menurut mereka) terpanggil untuk mewakili masyarakat banyak, tentunya mereka dituntut untuk berlaku santun. Menunjukkan kecerdasannya dalam memperkenalkan diri. Pendeknya mereka harus punya nilai lebih dari masyarakat banyak yang diwakilinya.

Perilaku-perilaku ini bukan hanya milik partai-partai tertentu. Semua partai peserta pemilu melakukan hal yang sama. Juga oleh partai pemerintah sendiri. Apa mungkin garis partai membenarkan langkah-langkah ini?
Kalau memang iya rasanya bukan menjadi hal yang aneh jika banyak penghuni gedung parlemen kita akrab dengan KPK kalau memulai kampanyenya saja seperti ini?

Ya, sebagai kenyataan, hari ini kita harus menerima ini semua. Sesak napas memang karena keindahan kota yang kita idamkan bersama semakin jauh. Ironisnya oleh mereka yang hendak memimpin kita. Mereka yang hanya bisa memamerkan gelar-gelar pendidikan tinggi mereka tanpa dibuktikan bahwa mereka itu memang layak menyandang gelar tersebut.


Sekarang tinggal keputusan kita. Apakah kita rela diwakili dan dipimpin oleh poster-poster semacam itu?

Dari Notes Alex Komang, FB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar