Minggu, 03 Mei 2009

Kembang api di Karawaci, pada sebuah siang yang kosong










Siang kosong
Sepotong heli warna muram berkisar-kisar
Menerbangkan angan menawarkan senyuman
Langit cerah biru metalik
Sabtu ini kembang api digelar seperti biasanya
Untuk sekedar hiburan kaum kanak pinggiran
Bonus rekreasi di akhir pekan



Siang kosong menuju sore bolong
Beberapa heli warna hijau berkisar-kisar
Mengibarkan kengerian
Diantara gardu langit mengepung mega mal
Kondominium dan hamparan hijau lapangan golf
Terdengar bunyi ledakan
Manusia berbondongan menyerbu pasar serba ada
Satu batalion api menjilat-jilat
Kepulan asap anarki meraung gaduh bersama semburan gelap bagai cendawan beracun



Siang kosong
Siang berkelir
Disusul percik warna tangkas ke udara
Jelaga derita nyanyian amuk masa indonesia lara
Indonesia menjarah dalam berita
Kanak-kanak berseru:
“Kembang api! Kembang api!”
Mereka tak pernah berpikir mengapa kali ini kembang api main di siang hari
Tuhan berkata : “ Neraka ! Neraka! “
Kanak-kanak berkejaran dengan heli bersama orang tuanya.
Mereka berpesta. Mereka menjarah seadanya. Mereka pikir ini pesta.



Siang kosong
Hening cakrawala
Menghitung korban tak terkira



Yang mereka tahu
Sejak saat itu mereka tak pernah lagi
Menyaksikan kembang api
Senyum kanak-kanak cerai berai
Pergi menepi dipagar kawat berduri
Kidung gembira mereka dirampas kini
Ada saudara mereka mati
Tapi mereka dapat televisi sebesar lemari
Tuhan berkata : “Indonesia sedang kucobai?"



Ada satu dua heli tepekur dihelipetnya
Langit meranggas
Gedung gedung bisu tinggal kerangka
Tentara polisi berjaga-jaga dengan wajah luka
Rumah-rumah menutup pintu
Bahagia kami terjual tunai
Air mata dan darah tumpah ruah
Kanak-kanak berseru: “ Kami mau sekolah. Kami mau susu. Kami mau makan . Kami lelah oleh berita dan janji. Kami tidak mau lagi kembang api. Kami mau aman. Kami mau damai".




Siang kosong
Siang di Karawaci
Langit indonesia merah darah
Darah dari maluku
Darah dari aceh
Darah dari jakarta
Darah dari kalimantan
Darah dari sudut-sudut pelosok kota nusantara
Seorang turis bertanya : “Apa yang sedang terjadi dengan Indonesia?”
Tak tak ada yang berani menjawab dengan jujur.
Tiba-tiba seorang kanak menjawab lantang :”Maaf, negeri kami gagu”.



Siang kosong
Sepotong heli berwarna muram berkisar-kisar
Menyebarkan luka terpendam
Anak bangsa saling menikam
Oh Tuhan beri mereka pelajaran
Beri mereka pemahaman
Agar neraka tak ikut campur lebih dalam
Karena secara seksama
Setan tersenyum
Tanpa beban





Sigit Hardadi
Maret 1999

Tidak ada komentar:

Posting Komentar