Senin, 22 Juni 2009

SURYA MUSTIKA RAHMAT Part Four


JRM dan teman-temannya sedang kongkow-kongkow di Warung Kopi Ombak Duren.
Seperti biasa, mereka ngerumpi ngalor-ngidul.
Mulai dari Debat Capres yang sama sekali tidak berdebat sampai ngerumpiin JDR.
Katanya, JDR yang begitulah, yang beginilah dsbnya.
Terlepas dari konteks baik atau buruk, seseorang dibicarakan karena memiliki daya tarik untuk dibicarakan.
Apa pun temanya, seorang film maker sepanjang hidupnya membicarakan manusia.
Mulai dari apa yang ada dalam dirinya sendiri, diri orang lain sampai ngarang2 yang diimplementasikan dlm film.
Sesaat kemudian JDR datang menghampiri sambil siul-siul seperti Ndang semasa hidupnya..
"Lagi ngomongin guwa ya ... ?" JDR langsung berprasangka buruk.
"Enggak ...!" JRM membantah.
"Lintang ... ?" JDR menoleh ke Lintang.
"Enggak .... !" Lintang mencibir.
"Mbak Anti ... ?" JDR memandang tajam kearah mata mbak Anti yang sayu..
"Enggak ... !" mbak Anti melengos.
"Rasanya, guwa tadi diomongin ... ?" kata JDR sambil berjalan pergi.
"Itu cuma perasaan eloe aja ... !" teriak Indrayanto yang bergaya dengan kaca mata hitam.
Sepeninggal JDR mereka ngrumpiin JDR lagi.

Dondong opo salak duku cilik-cilik
Ngandong opo mbecak melaku timak timik ...
Mas Barkah datang sambil nyanyi-nyanyi kecil.
"Ngomongin JDR ya ... !" tanya mas Barkah.
"Enggak ... !" JRM membantah.
Mas Barkah terus berlalu sambil terus nyanyi-nyanyi kecil.
Aku seorang kapitan.
Memakai pedang panjang.
Brak ... bruk ... brak ... bruk ...
Gedabruuuk ... mas Barkah jatuh kakinya disengkat mas Atmo.

Dalam kehidupan manusia, sengkat menyengkat adalah hal biasa seperti yang dialami mas Barkah.
Kenapa harus marah, Mas Barkah kemudian bangkit dan duduk disamping mas Atmo.
JRM dan yang lainnya menyusul duduk ngerubungi mas Barkah dan mas Atmo.
Mereka ingin tahu, topik apa yang akan dibicarakan.
"Sepakat ya..... Kita enggak ngomongin JDR atau bicara politik. Kita bicara realitas kongkrit aja ..." mas Barkah menentukan topik pembicaraan.

Menurut mas Barkah, yang dimaksud dengan realitas kongkrit adalah alam pengamatan pikiran, merupakan hakikat manusia untuk mengenal inti kemanusiannya sendiri. Lalu, mengenal pula yang lain. Ia adalah kesiapan fitrah jiwa manusia untuk mengenal ilmu pengetahuan dan umumnya disebut sebagai kecerdasan dan akal. Kecerdasan dimaksudkan sebagai pola kerja sistemasi syaraf otak, sedangkan akal dimaksudkan sebagai produk sistemasi syaraf tadi. Umumnya hal ini diistilahkan sebagai intelektualitas.
"Ngarang dan rumit " JRM membantah.
"Keakehan cangkem " celetuk mas Atmo.
Mas Barkah cuek babi.

Menurut mas Barkah, Alam Pikir dengan intelektualitasnya merupakan sumber energi manusia yang memiliki tujuh tingkat responsi. Respon tadi membentuk lima spektrum akal yang berpusat pada satu titik. Spektrum akal atau biasa disebut sebagai tingkat kecerdasan intelektual berfungi sebagai tirai lahiriah yang didasarai pada kerangka kerja idealis monistik, yakni paradigma yang mengatakan bahwa otak dan pikiran berada pada realita yang sama. Otak adalah hardware dan pikiran adalah software, kira begitu analoginya.
"Sok tau banget. Tapi oke juga ... " JRM mendengarkan tapi tetap menyangkal.

Otak dan pikiran bekerja dalam lima tingkatan spektrum yang mengerucut pada satu titik.
Pertama, sebelum mendapat ilmu dan ajaran agama, manusia berfikir dengan tenaga akalnya sendiri, disebut Alam Pikir Jasmani.
Kedua, setelah mendapat ilmu dan ajaran agama, barulah manusia mempunyai akal potensi dan mulai bergerak dengan suatu tenaga pendorong, disebut Alam Pikir Imaginasi (akal daya usaha).
Ketiga, dari akal potensi yang mulai bergerak, mata akan terbuka betapa luasnya alam ini, yang tadinya tak diketahui atau tak di dapat oleh akalnya sendiri. Spektrum ini biasa disebut Alam Pikir Paripurna (akal daya upaya).
Keempat, sesudah alam ini tersingkap oleh akalnya, pikirannya lalu bergerak mencari rahasia alam lebih jauh lagi. Pada tingkat ini, Tuhan akan menganugerahkan kesucian ruh sebagai tambahan bagi akal manusia. Hal ini dikenal sebagai ilham atau inspirasi yang menjadikan manusia menjadi dinamis yang disebut Alam Pikir Ruh (akal daya upaya).
Kelima, kedinamisan tadi menbuat jiwa gelisah sehingga pikiran bergerak terus menghampiri kebenaran yang hakiki. Pada tingkat ini akan transeden Sir Tuhan yang membentuk pikiran mulya, yakni karunia suci dari Tuhan untuk mencapai tingkatan manusia yang berpikiran mulya.
Titik pusat alam pikir adalah kemurnian, sebagai gerakan tunggal yang mengambil peran dalam menterjemahkan Sir Tuhan pada momen saat potensi termanifestasi. Melalui peran inilah kita mampu merasakan masa lalu, mewujudkan masa depan dan setiap saat selalu memperbaharui diri tanpa batasan tertentu.
"Kalau bisa dipersulit kenapa harus dipermudah ... !" komentar JRM sinis.
Mas Barkah cuek babi.

Kelima alam spektrum yang menuju satu titik tadi merupakan bagian dari sistem kosmis individu manusia dan sekaligus
sub-sistem alam semesta. Tempat dihadirkannya segala probabilitas dan potensi kedalam dirinya.
Pada saat berfikir, orang akan mengidentifikasikan diri dengan pikirannya. Landasan prinsip berfikirnya adalah aku berfikir, maka AKU ADA ..... .. !
Orang yang pikirannya ruwet, hidupnya juga ruwet, komentar Ndang di langit.

Mustikabiru
The House of Blue Light
www.ombakdurenew.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar