Sabtu, 06 Juni 2009

cacimaki


"Safari infotainmentnya Manohara mulai menuai caci " komentar mas Barkah sambil mematikan pesawat TV yang terus menerus menyiarkan kasus Manohara. "Semakin sering mucul di media massa, semakin tampak ngarangnya " Malau mengkritisi penampilan Manohara yang intens. "Penampilan pasangan ibu dan anak itu sudah over ekspose " kata Indrayanto yang menilai dari perspektif periklanan. Pada awalnya, manuver Manohara dan ibunya memang menuai simpati. Setelah seminggu intens bersafari dari satu Stasiun TV ke Stasiun TV lainnya, manuver itu sudah mulai menuai caci. Caci itu datangnya justru dari pengacaranya sendiri yang merasa malu dengan ocehan ibu dan anak itu di media. Mereka menceritakan penderitaan perkawinan dengan ekspresi penuh rasa suka cita. Manohara dengan heboh menceritakan penyiksaan suaminya sambil menunjukan bekas luka disundut rokok di jidat, katanya. Dia distrika, disilet-silet dan disuntik, katanya juga. Katanya ... katanya.... katanya .... bla bla bla. "Jawaban mereka sungguh tidak cerdas, justru cenderung tolol " komentar mas Atmo. "Begitulah .... siaran TV di Indonesia tidak efektif mendidik bangsa. Mereka hanya menjual sensasi sebagai komoditas jurnalistik " komentar Indrayanto lebih substanstif. "Manohara lagi, Manohara lagi ... Apa udah enggak ada topik yang lebih mencerdaskan ?" Dodo Karundeng muncul dengan muka sinis. Cueeeeeeeeeeh ...... yang gitu enggak usah diomongin, teriak Ndang dari langit.

Mustikabiru
The House of Blue Light
wwww.ombakdurenew.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar