Minggu, 07 Juni 2009

Melodrama




Hari ini Sabtu 7 Juni 2009, pada halaman 1 koran Kompas tertulis artikel: Melodrama oh Melodrama. Artikel itu membahas tentang strategi menjual siaran televisi. Bagaimana masalah Prita Mulyasari, Manohara dan kampanye Pelpres dikemas menjadi komoditas untuk menahan pemisrsa berlama-lama duduk didepan pesawat TV. "Ruang privat sudah menjadi ruang publik ..." Malau mengomentari artikel Kompas itu. "Konsekuensi logis dari kemajuan teknologi informasi...." mas Barkah sok pinter. "Sok pinter loe .... " sahut Malau.

Mas Barkah benar adanya, informasi merupakan unsur penting dalam bisnis media. Barang siapa yang paling banyak memiliki informasi dan mampu membungkus menjadi barang dagangan yang sedap dan gurih, dia akan mengungguli yang lain. Melibatkan publik pun merupakan bagian dari strategi. Bukan hanya fisik, menggoyang empati dan kemarahan publik juga menjadi perhitungan strategi media. "Kita jadi tolol dong ... !" Malau skeptis. "Pandai-pandailah memilah dan memilih informasi " mas Barkah sok tau. "Sok tau loe ... !" sahut Malau.

Beberapa hari terakhir, semua penonton TV hanya disuguhi 4 topik berita utama, yakni kasus Pritta Mulyasari, Manohara, kampanye Pilpres dan kasus Ambalat. Dari keempat topik tersebut, kasus Prita Mulyasari vs Omni Hospital menduduki ranking pertama. Kasus tersebut telah menguras airmata, membangkitkan simpati dan mengundang pembelaan mulai dari Presiden sampai para Bloggger yang berjumlah ratusan ribu. Rumah sakit Omni International pun terkapar disudut dihajar opini publik.
"Omni Hospital dilarang mencantumkan kata International ..." vonis Menkes.
"Jaksa akan diperiksa ...!" kata Jaksa Agung. "Penyidik Polri akan diperiksa ..!" kata Kapolri.

Penyebab timbulnya kasus ini karena adanya pasal karet UU tentang pencemaran nama baik dan atau tidakan tidak menyenangkan. Pasal karet yang sangat subyektif itu mendapat kekuatan 6 tahun ancaman hukuman penjara bagi yang melanggarnya. "Harusnya pasal seperti itu dihapus dari UU ... !" usul mas Barkah. "Sok analis loe ...!" komentar Malau. "Taik loe ... !" mas barkah mulai terusik dengan komentarnya Malau. "Ngehek loe ... !" Malau lebih garang sambil memelototkan matanya yang sedikit tertutup topinya yang khas. Celepoooooook .... pipi malau ditampol mas Barkah.

Mustikabiru The House of Blue Light www.ombakdurenew.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar