Minggu, 26 Juli 2009

Stupid Business


Pola belanja tentunya tidak terlepas dari pola konsumsi, pola budaya dan pola pikir. Pola tadi tentunya tidak terlepas dari pengaruh tingkat pendidikan, tingkat sosial dan dinamika kemajuan jaman. Khususnya pola belanja pada produk musik, saat ini sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi informasi. Distribusi musik yang tadinya menggunakan keping CD bergeser kearah download digital. Dwnload digital banyak kita temui di counter HP, di mal-mal atau di internet, Bisa juga melalui RBT dari berbagai Telco (Telephone Company). Dari sini timbul berbagai masalah yang tidak dipahami oleh sebagian besar rakyat Kerajaan Amartapura. Antara lain, perubahan pola distribusi tadi tidak diikuti oleh regulasi yang mengaturnya. Menurut mbak Anti, regulasi tadi dikenal sebagai Digital Mechanical Right. Tanpa regulasi yang mengaturnya, maka terjadilah bisnis yang tidak fair. Itulah stupid business yang lebih bodoh dari monkey business.

MAS ATMO
Rumit amat kait-mengkaitkannya.

MAS BARKAH
Memang rumit.
Namanya juga stupid business
JOHN RICKY MALAU Kenapa masyarakat kita stupid dan suka dengan RBT ?
INDRAYANTO Karena RBT artinya Rencana Bangun Tidur.
Itulah kesukaan kita.
Secara sederhana, RBT atau Ring Back Tone adalah nada tunggu di Handphone. Rumitnya, yang gituan kok digandrungi masyarakat Indonesia. Padahal RBT yang dibeli dengan harga 3.000 rupiah tadi tidak bisa keluar dari hp. Yang membeli tidak dapat mendengar, pendengarnya justru orang lain. Walaupun begitu, kondisi ini tidak mengurangi kunsumen RBT. Berdasarkan informasi yang didengar mas Barkah. Satu Telco bisa punya konsumen atau pelanggan sampai 75 juta. Pola konsumtif rakyat Amartapura yang luarbiasa, RBT kemudian berkembang jadi bisnis raksasa. Apalagi pengguna HP merata disemua strata masyarakat mulai dari Sang Prabu sampai pemulung. Lebih dahsyat lagi, hampir tiap orang memiliki paling tidak 2 nomor dari Telco yang berbeda.

MAS ATMO
Berarti sebagai bisnis, RBT sah-sah aja dong.

MBAK ANTI
Enggak gua pikirin.
Aku enggak pernah download RBT.
Menurut mas Barkah, Tanpa diminta, RBT sering dikirim begitu saja ke para pelanggan. Tanpa disadari, pulsa dipesawat HP langsung tersedot membayarnya. Mas Barkah sering ditegur temannya yang menghubungi melalui HP. Kata mereka, RBT di HP mas Barkah sering berganti-ganti. Padahal mas Barkah belum pernah download RBT sekali pun.
JOHN RICKY MALAU
Itu namanya perampokan.
MAS BARKAH
Bukan ... !
Stupid business.
Mas Barkah mencoba menghitung omzet dari penjualan RBT. Anggap saja 50% pelanggan mendownload RBT satu lagu di Amarta Telephone Company. Jika pelanggan AmTelco ada 75 juta, berarti 50% nya 37.500.000 Setiap satu RBT akan menyedot pulsa senilai 3.000 rupiah. Maka akan terjadi transaksi senilai 112.500.000.000 Dan itu adalah transaksi kontan dengan nilai liquid.
MAS
ATMO Berarti nilainya seratus dua belas miliar lima ratus juta.
JOHN RICKY MALAU
Itu baru satu lagu dengan estimasi download hanya 50 %.
MAS BARKAH
Belum lagi dengan cara yang download yang tidak diminta. Musisi dan pruduser musik seperti kerbau dicocok hidungnya karena bisnis ini tidak transparan.
Binis ini begitu menghebohkan kalangan industri musik Amartapura. Mereka memuja-muja sebagai masa depan yang gilang-gemilang.
Semua penyanyi dan pemain Band kemudian memiliki cita-cita yang seragam,
RBT .... RBT .... RBT .... RBT .... RBT .... RBT ....
Tanpa disadari, rakyat Amartapura mengumpulkan uang untuk kesejahteraan rakyat Astina.
Secara tidak langsung darah rakyat Amartapura dihisap oleh Kerajaan Astina. Dengan uang hasil penhisapan itu, Kerajaan Astinapura memperkuat Angkatan Perangnya. Dengan Angkatan Perang yang kuat, Kerajaan Astina dengan mudah mendikte Prabu Welgeduwelbeh yang memerintah di Amartapura. Koruptor dari Amartapura kemudian banyak yang berlindung di di Kerajaan Astinapura. Bukan hanya manusianya, uangnya pun disimpan disana. Prabu Welgeduwelbeh hanya bisa godak-gedek.
MAS ATMO
Lho ... ! Koq bisa begitu.
MAS BARKAH
Ini hanya salah satu contoh penghisapan darah rakyat Amarta oleh negara lain.
Masalahnya bukan pada sisi bisnisnya tapi uangnya itu lho ... !
Kerajaan Amartapura hanya diberakin sama Kerajaan Astinapura.
Walaupun Telco itu bernama Amarta Telephone Company, tapi yang punya siapa ????.
INDRAYANTO Stupid business .... !
Dibikin film aja, Krisno Bossa jadi Embah Surip.


MUSTIKABIRU

The House of Blue Light

www.ombakdurenew.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar