Kamis, 30 Juli 2009

Secret Story

Persis seperti apa yang diduga mas Onggo. Opini mas Barkah tentang bom Ritz-Carlton dan JW Marriot berbeda dengan opini yang dilansir media massa. Pikiran mas Barkah tidak mudah di set up karena memiliki analisis sendiri. Dua minggu terakhir, opini masyarakat terbentuk oleh bombardemen pemberitaan media massa. Bahwa si pengebom puki maknya itu adalah pria bertopi yang berjalan sambil menyeret koper melalui lobby. Itu adalah sekuen gambar CCTV yang secara masif disiarkan oleh semua Stasiun TV. Masing-masing Stasiun TV membanggakan bahwa siaran mereka adalah tayangan ekklusif. Padahal bisa diduga, tayangan itu sumbernya pasti dari Polisi. Bukan dari manajemen Hotel karena rekaman CCRV adalah barang bukti yang harus diamankan. Pemberitaan itu bukan jurnalistik murni, tapi cenderung sebagai strategi information warfare penyelidikan polisi. Opini semakin terbentuk ketika beberapa hari lalu persitiwa itu direkonstruksi. Ada sebuah taxi yang masuk dan menurunkan penumpang didepan lobby hotel. Sekuen outdoor disiarkan secara luas oleh semua Stasiun TV. Tapi sekuen indoornya tertutuo bagi liputan wartawan. Dalam sekuen outdoor, penumpang taxi tadi seolah pria bertopi yang misterius. Sekuen itu tentunya jauh dari maksud menipu publik. Pemirsa TV yang kritis seperti mas Onggo tentunya faham bahwa itu hanya umpan untuk mengalihkan perhatian. Umpan yang dilempar tadi langsung diterkam oleh media dan langsung disebarluaskan. Sementara Polisi dapat dengan leluasa berlari kearah lain memburu para teroris.
Andai Polisi itu mas Barkah, teroris itu tidak akan ditangkap tapi ditembak kepalanya sampai otaknya muncrat.
MAS ONGGO Maksudnya peperangan informasi untuk mengecoh perhatian.
MAS BARKAH Ya gitulah ... !
Dalam perspektif media massa, peristiwa pengeboman itu adalah komoditas yang menarik. Dua mingggu belakangan ini berita pengeboman itu laris manis dan mengangkat oplag serta rating televisi. Masyarakat membutuhkan cerita bersambung, episode demi episode kisah pengeboman itu. Hampir semua Stasiun Televisi membanggakan tayangannya sebagai siaran eksklusif. Padahal yang disiarkan adalah potongan gambar CCTV yang tidak dapat dijadikan petunjuk. Pria bertopi yang menyeret koper melintasi lobby kemudian di vonis oleh media sebagai sang pengebom. Sosok pria itu kemudian berkembang menjadi misteri yang didramatisir oleh media. MAS ONGGO Jadi bukan pria bertopi itu yang ngebom ?
MAS BARKAH
Sudah pasti bukan.
Itu kan hanya opini yang berkembang di media massa.
Sesungguhnya opini itu dibentuk dengan tujuan memperdaya para teroris.
Seolah-olah Polisi salah arah dalam memburu mereka.
MAS ONGGO Bagaimana dengan analisa intelejen yang dikatakan Presiden ?
MAS BARKAH
Kita jangan buruk sangka pada pernyataan Presiden.
Entah maksudnya apa, yang pasti itu adalah pembodohan publik
Sebelumnya perlu dipahami lebih dahulu apa arti intelijen. Kerja intelijen pada hakikatnya adalah kegiatan pengumpulan bahan keterangan, penggalangan dan pengamanan personil maupun material sesuai perspektif tugasnya. Bahan keterangan itu kemudian dipakai sebagai dasar atau referensi pengambilan keputusan. Jika bahan keterangan intelijen dibuka kepada umum seperti yang dilakukan Polisi dan Presiden. Tentunya ada tujuan tertentu mengapa hal itu dipublikasikan. Dikatakan oleh Presiden bahwa data intelijen mengatakan ada niat untuk membunuh dirinya. Suatu niat belum dapat dikatakan melanggar hukum. Setelah dilaksanakan baru dapat dikatakan melanggar hukum. Data intelijen tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk menghukum atau mengadili. Data tersebut hanya dapat dipakai untuk mengeliminasi niat itu supaya tidak terlaksana. Data intelijen belum tentu benar karena ada banyak kepentingan yang menungganginya. Data intelijen pada umumnya bersifat rahasia, jika disiarkan kepada masyarakat dapat menimbulkan keresahan seperti yang disampaikan oleh Presiden beberapa jam setelah peristiwa pemboman. Seolah-olah peristiwa itu adalah hasil konspirasi untuk mengacaukan Pilpres. Padahal belum tentu konspirasi itu ada.
MAS ONGGO
Jangan ngelantur terlalu jauh.
Pembicaraan kita fokuskan aja ke pria bertopi tadi.

MBAK WESTI
Pria bertopi itu ganteng juga ya ...
Guwa jadi naksir lho ....
Jika melihat potongan gambar rekaman CCTV tadi, pasti pemirsa meyakini bahwa dalam koper itu berisi bom. Sebenarnya opini itu janggal bin abdul janggal. Jaka Sembung bawa golok, enggak nyambung bo .... Bagaimana mungkin koper berisi bom bisa melenggang masuk Hotel tanpa terdeteksi. Apalagi JW Marriot punya pengalaman buruk dibom beberapa tahun lalu. Pengalaman itu tentunya membuat sistem security Hotel menjadi ketat sekali. Saking ketatnya, jika kita masuk ke JW Marriot rasanya seperti masuk penjara Guantanamo.
MAS ATMO
Ngarang loe.
Ngehek ... !
Dugaan mas Barkah, teroris menggunakan bom plastik yang menempel dibadan. Bom plastik bersifat elastis dan mudah dibentuk sesuai ukuran yang diinginkan. Sudah cukup banyak tejadi pengeboman didunia dengan modus operandi menggunakan bom yang menempel di badan. Bom itu ukurannya kecil saja, kira-kira seperti lempengan coklat yang sering dimakan mbak Lintang dan Westi. Dengan modus seperti itu, teroris mudah masuk langsung ke target yang dikehendaki. Ini adalah suatu kemajuan karena sebelumnya digunakan bom rakitan dalam ukuran besar. Dengan ukuran besar, bom tidak dapat masuk langsung ketengah target.
MAS ONGGO
Berarti ini modus baru.
Ancaman teror bom memasuki fase baru.
MBAK LINTANG Pria bertopi itu pasti ganteng seperti John de Rantau.

MBAK WESTI
Tolooong ...! Kenapa harus dia ????

MUSTIKABIRU
House of the Blue Light
www.ombakdurenew.blogspot.com

1 komentar:

  1. keren habis...bahasanya sederhana pesan sampai ke saya walaupun saya sangat awam..terima kasih

    BalasHapus