Jumat, 28 Agustus 2009


Hari-hari belakangan ini, siaran TV yang merupakan sumber informasi mulai bergeser menjadi sumber opini pembakar emosi masyarakat. Mulai dari membentuk opini tentang terorisme mendahului keterangan Polisi yang lelet,
Hebohnya masalah tari Pendet dan terakhir tentang pelecehan lagu Indonesia Raya di sebuah situs internet.
Yang katanya dibuat oleh Malaysia. Entah oleh pemerintahnya, badan intelijen atau oleh budak nakal. Semua masih gelap tapi siaran televisi sudah menayangkan kemarahan atas nama nasionalisme. Berkaitan dengan konteks pelecehan lagu Indonesia Raya, Pada hari Rabu tgl. 26 Agustus 2009 pukul 18.45,
Metro TV menayangkan dialog dengan tokoh masyarakat yang bernama Permadi.
Disamping dikenal sebagai Paranormal yang konsisten dengan kostum serba hitamnya, Permadi juga eksis sebagai politikus yang vokal. Dengan suara keras dan berapi-api, Permadi memaki Malaysia sekaligus memaki pemerintah Indonesia.
Katanya Pemerintah Indonesia tidak berani bertindak apa-apa.
Disela-sela itu diputar kembali dokumentasi Dwikora 48 tahun lalu.
Disitu Bung Karno berpidato dan memerintahkan bangsa Indonesia Ganya
ng Malaysia. Mengapa sekarang Malaysia tidak kita ganyang ??? Begitu pertanyaan Permadi yang dipancar luaskan oleh Metro TV. JOHN RICKY MALAU Hari gini masih ngomporin rakyat.
Kalau berani ganyang aja sendiri.
JOHN DE RANTAU Jo"iii ,,,,, !!!!
Paling beraninya demo ngamuk-ngamuk di depan Kedutaan Malaysia.
Banyak masalah yang berkembang saat ini adalah pengaruh langsung jaringan komunikasi sosial melalui internet. Jaringan itu begitu luas, terbuka dan nyaris tidak ada aturan atau otoritas yang mengatur contentnya. Jaringan itu kemudian lebih dikenal sebagai media online yang memiliki keyakinan dan kebenarannya sendiri. Media itu kemudian berkembang tak terkendali mempengaruhi prilaku sosial. Lucunya, Televisi sebagai media massa yang kredibel dang-kadang bersikap seperti internet. Hal ini bukan masalah atur-mengatur atau sekedar tidak adanya regulasi. Masalah ini harus dipahami sebagai konsekuensi logis akibat dari kemajuan teknologi informasi. Jika kita tidak wise dalam menerima dinamika perubahan dan pengaruh global yang begitu menekan,
Niscaya pengertian nasionalisme akan bergeser menjadi narsisme.
Dan bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang pemarah. Terbakar oleh kompor yang dinyalakan Permadi di Metro TV. INDRAYANTO Kalau Indonesia memiliki Angkatan Perang yang besar dan modern. Pantas-pantas saja menjadi bangsa yang pemarah. Jika tidak, Indonesia hanya menjadi tertawaan Malaysia dan Singapore. Hikz ... hikz ... hikz ... !!!

MUSTIKABIRU
The House of Blue Light
www.ombakdurenew.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar