Minggu, 27 September 2009

Festival Kesenian Indonesia ke 6-IKJ



KOMPAS MINGGU, 27 SEPTEMBER 2009 ( Hal. 18 ).
Dalam artikel tentang FKI ke-6 yang ditulis oleh FX. Widaryanto / Sekretaris
BKS-PTSI terkandung beberapa pertanyaan sebagai berikut :

1) Sudahkah terlihat adanya kontribusi yang nyata dari eksistensi perguruan
tinggi seni di Indonesia dewasa ini ?

2) Kalaupun ada, seberapa jauh kontribusi itu bermakna bagi anak-anak bangsa
?

3) Sebatas dikalangan ranah seni yang digelutinya, atau sudah melintas dan
merambah sendi-sendi kehidupan yang lain ?

Pertanyaan tersebut dilontarkan kepada semua perguruan tinggi seni yang
tergabung dalam Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Seni Indonesia (BKS-PTSI)
berkaitan dengan festival kesenian di IKJ tgl. 5 -24 Oktober 2009.

Banyak sekali pertanyaan RETROSPEKTIF yang harus dijawab.
Apakah IKJ dapat menjawab dengan data yang akurat ?
Sebagai alumni IKJ, saya meragukan otoritas IKJ mampu menjawabnya.

Hal ini terjadi karena sebagai perguruan tinggi yang berusia 39 tahun tidak
pernah sekali pun mengkaji atau meretrospektif dirinya sehingga tidak
memiliki data sebagai berikut:

Sejauh mana peranan IKJ sebagai institusi pendidikan yang melahirkan tenaga
kerja profesional di sektor seni budaya ???

Sejauh mana peranan Alumni atau kaum DO IKJ yang berkiprah di sektor Seni &
Budaya ???

Perlu dipahami bahwa IKJ sebagai Almamater, nyaris tidak memiliki hubungan
apa pun dengan Alumninya kecuali Alumni yang bekerja sebagai dosen atau
birokrat dalam struktur manajemen IKJ.
Atau sekedar kangen-kangenan hanya karena dorongan historical value.

Menjelang 40 tahun IKJ tahun 2010, ada baiknya IKJ membuat retrospeksi dan
apa yang dikerjakan Alumninya. Data itu dapat dibukukan sebagai
pertanggungjawaban kepada orang tua mahasiswa dan masyarakat Indonesia,
khususnya rakyat Jakarta yang telah membiayai IKJ selama ini.

KUMPULKAN DATA MEREKA ............
Apa yang dilakukan Dolorosa di sudut Garuda, Pondok Gede.
Apa yang dilakukan Yani Sastranegara disudut Jombang, Bintaro.
Apa yang dilakukan Didi Petet dengan Yamaha Bebeknya.
Apa yang dilakukan Azuzan dan teman-temannya.
Apa yang dilakukan Deddy Mizwar sebagai pak Haji.
Apa yang dilakukan Sys NS sebagai Politisi.
Apa yang dilakukan Mira Subiyakto dengan kecantikannya ( itu dulu ).
Apa yang dilakukan Sita Subiyakto dengan keayuannya ( itu dulu ).
Apa yang dilakukan Icang Zaini dengan jenggot kambingnya.
Apa yang dilakukan Dolly dengan semau guenya.
Apa yang dilakukan Efdalius dengan industri mutiaranya.
Apa yang dilakukan Ibnu Nurwanto dengan anjing-anjing peliharaannya.
Apa yang dilakukan Tonny Prabowo, Toyek si Gadis Jepang dengan Saliharanya.
Apa yang dilakukan Garin Nugroho dgn SET (Selingkuh Enak Tenan).
Apa yang dilakukan Dick Doang disudut Tangerang.
Apa yang dilakukan Rey Sahetapy dengan Republik Nusantaranya.
Apa yang dilakukan Sigit Hardadi dengan seribu puisinya.
Apa yang dilakukan Eeng Saptahadi dengan peran antagonisnya.
Apa yang dilakukan Egy Fedly dengan peran antagonisnya.
Apa yang dilakukan Krisno Bossa dengan peran antagonisnya.
Apa yang dilakukan Denny HW dengan real estatenya.
Apa yang dilakukan Johan Teranggi dengan Radionya.
Apa yang dilakukan Arya Tedja dengan kameranya.
Apa yang dilakukan John De Rantau dengan amarahnya.
Apa yang dilakukan Indrayanto dengan kaca mata hitamnya.
Apa yang dilakukan Rudy Kurwet dengan kameranya.
Apa yang dilakukan Hanung dengan ayat-ayat cintanya.
Apa yang dilakukan Riri dan Mira dengan Laskar Pelanginya.
Apa yang dilakukan Roy dan Lenny Lolang dalam rumah tangganya.
Apa yang dilakukan Marwan Alkatiri di Anteve
Apa yang dilakukan Soekendro Roses sebagai produser In Box SCTV.
Apa yang dilakukan Onggo di Pekanbaru.
Apa yang dilakukan Dodo Karundeng di Depok.
Apa yang dilakukan Nungki yang cantik itu.
Apa yang dilakukan Budi Jiung dalam masa pensiunnya.
Apa yang dilakukan Sri Atmo dalam masa pensiunnya.
Apa yang dilakukan Andi Arnold dalam masa pensiunnya.
Apa yang dilakukan Bustami dirumahnya.
Apa yang dilakukan Martin di Cijantung.
Apa yang dilakukan Didi Bonari dengan drumnya.
Apa yang dilakukan Irwan Lubis dengan flutenya
Apa yang dilakukan Ivan dengan biolanya.
Apa yang dilakukan German nan Biasa dengan CNN nya.
Apa yang dilakukan Didi AGP dengan musik innerpeacenya.
Apa yang dilakukan Dia HP dengan arkadeon kesayangannya.
Apa yang dilakukan Franky Raden dengan Tuti istrinya.
Apa yang dilakukan Harry Dagoe yang tidak pernah dilibatkan.
Dan masih ada ratusan bahkan mungkin ribuan yang tidak tertulis disini.
Kalau kepanjangan, yang baca pasti marah-marah ....

Makanya dibikin buku ... !!! * *usul John Ricky Malau.
Bikin komik aja ... !!! kata John De Rantau.

Jika IKJ memiliki data ini dengan akurat.
Dan para alumni itu memiliki akses formal ke Almamaternya.
Percayalah !!!
IKJ akan menjadi besar.
Pak Rektor akan lebih dihormati oleh pak Menteri.
Pak Warek yang Warok makin ditakuti mahasiswanya.
Dan pertanyaan FX. Widaryanto di Kompas Minggu akan terjawab dengan tuntas.
OK , GUYS ... !!!

Mustikabiru
The House of Blue Light.
www.ombakdurenew. blogspot. com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar