
Seorang penyanyi kondang Indonesia diundang oleh KBRI ke Tokyo. KBRI menyewa gedung pertunjukan untuk menggelar show sang Artis. Menurut teman mas Barkah yang menjadi Atase di Tokyo, pertunjukan tersebut hanya disaksikan oleh pak Dubes, teman-temanya pak Dubes dan staffnya. Kemudian peristiwa tersebut disebut sebagai ekspansi global dari sang Artis. Seperti juga halnya film Indonesia yang diputar di luar negeri. Hanya diputar dilingkungan terbatas sebagai bagian dari hubungan G to G seperti halnya Kine Club disini dang-kadang dikatakan sebagai beredar di luar negeri. "Ya gitulah .... !" komentar mas Atmo.
Dua tahun lalu mas Barkah memimpin Misi Kebudayaan Indonesia ke Seoul, Korea. Misi tersebut datang atas undangan Pemrintah Republic of Korea untuk berpartisipasi dalam Festival Kebudayaan Asia Timur tentunya mewakili bangsa Indonesia. . "Anjriiiiit ... !" komentar mas Barkah ketika ditanya tentang suksesnya di Korea. Lho ... koq anjriiit ? Ternyata Festival Kebudayaan itu digelar disebuah gedung pertunjukan yang dingin. Dingin karena penontonnya hanya pak Dubes dan setaf serta beberapa orang Panitia Penyelenggara. Pada session berikutnya, penontontonnya hanya murid Taman Nak-Kanak beserta guru-gurunya yang cantik. Murid-murid termasuk gurunya semua berpakaian trainning, mungkin kesenian masuk pelajaran olah raga kaleeee. Seperti juga di TIM, kalau acara kesenian sepi penonton. "Ya gitulah ...!" lenguh mas Barkah seperti sapi piaraan pak Harto..
Sepulang dari Korea, karena dianggap sukses, mas Barkah diangkat sebagai Art & Culture Cooperation for Indonesia-Korea. Mas Atmo marah mendengar mas Barkah kok bisa-bisanya menyebut dirinya sebagai budayawan. "Baca dong kartu nama guwa ...!" mas Barkah menyodorkan kartu nama yang langsung ditampol dan dilempar oleh mas Atmo sejauh-jauhnya. "Pantesnya eloe jadi Syech Puji ... !' kata mas Atmo marah-marah sambil terbang kelangit seperti malaikat.
Mustikabiru
The House of Blue Light
www.ombakdurenew.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar